Minggu, 20 April 2008

Delapan Kebohongan Seorang Ibu Dalam Hidupnya

Dalam kehidupan Kita sehari-Hari, Kita percaya bahwa kebohongan akan
Membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi
kisah Ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna
Sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka Mata Kita Dan
Terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong
Mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang
Anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan
Saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan
porsi Nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu
berkata : "Makanlah nak, aku tidak lapar" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan
Waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekiat rumah, ibu
Berharap dari ikan hasil pancingan, IA bisa memberikan sedikit
makanan Bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak
sup ikan Yang segar Dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup
ikan itu, Ibu duduk disamping gw Dan memakan sisa daging ikan yang
masih Menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang
aku Makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu
Menggunakan sumpitku Dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu
dengan Cepat menolaknya, IA berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka
makan Ikan" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang Dan
Kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek
api Untuk ditempel, Dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit
uang Untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku
bangun Dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin
kecil Dan Dengan gigihnya melanjutkan pekerjaanny menempel kotak
korek api. Aku Berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu
masih harus Kerja." Ibu tersenyum Dan berkata :"Cepatlah tidur nak,
aku tidak Capek" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku
Pergi ujian. Ketika Hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari,
Ibu yang tegar Dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari
selama Beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian
sudah Selesai. Ibu dengan segera menyambutku Dan menuangkan teh yang
sudah Disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu
kental Tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih
kental.
Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku
untuk Ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :"Minumlah nak, aku
tidak Haus!" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus
merangkap Sebagai ayah Dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia
yang dulu, Dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan
keluarga Kita Pun semakin susah Dan susah. Tiada Hari tanpa
penderitaan. Melihat Kondisi keluarga yang semakin parah, Ada
seorang paman yang baik hati Yang tinggal di dekat rumahku pun
membantu ibuku baik masalah besar Maupun masalah kecil. Tetangga
yang Ada di sebelah rumah melihat
Kehidupan Kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku
untuk Menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak
mengindahkan Nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh
cinta" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah aku, kakakku Dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah
Dan Bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu
tidak Mau, IA rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan
sedikit Sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku Dan abangku
yang Bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk
membantu Memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau
menerima uang Tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu
berkata : "Saya Punya duit" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah Lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 Dan kemudian
Memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika
Berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun
bekerja Di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku
bermaksud Membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu
yang baik Hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, IA berkata
kepadaku "Aku Tidak terbiasa" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker
Lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di
Seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk
Ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya
Setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap
aku Dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di
wajahnya Terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat
dengan jelas Betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga
ibuku terlihat Lemah Dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku
sambil berlinang air Mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku
dalam kondisi seperti Ini. Tetapi ibu dengan tegarnya
berkata : "jangan menangis anakku, Aku Tidak kesakitan" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta
Menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.

Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa
Tersentuh Dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu ! "
Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak
menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak
menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di
tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai
beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian.
Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.
Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan
pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas
apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di
samping kita.

Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita?
Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu
kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba
kita renungkan kembali lagi..
Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu
kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di
kemudian hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar