Selasa, 24 November 2015

[Review] Bubblegum



Another irresistible drama for me. I definitely cannot wait until it's all done to have it watched. Why, due to that perfectly sculptured figure of Lee Dong Wook!

Reading the title Bubblegum made me think that it would be a light nice romantic drama. And it was for the early episodes. Telling about childhood friends that become so close so that they tend to be comfortable with each other like no lover couple will do. Yet, the time comes when the feeling grows more than what they thought it will be. Love.

But [sorry for spoiling], remember what is Bubblegum. It is sweet at first but will become bitter after you chew it in some time. Also, you can blow it and if you cannot keep it it will pop out, yet you still have to chew it or dump it. The story line is definitely bubblegum. It was sweet and funny story where you can see the chemistry of main leads, the jokes, the habits of childhood friends. But it popped out into tears and bitter story.

It is not ended yet. Episode 10 is on. Let's see what will be the taste of the bubblegum.

[Review] Oh My Venus

 Udah aku bilang, kalau drama baru keluar nungguin episode berikutnya itu yang bikin penasaran. Tapi, So Ji Sub + Shin Min Ah jelas jadi alasan yang kuat untuk mulai nonton drama ini, padahal baru sampai episode 4 tayangnya. Damn! Alhasil harus siap kebayang drama ini sepanjang minggu.

Tema drama berkisar pada realita perempuan yang banyak terjadi di dunia nyata: waktu sekolah dulu kurus dan sexy (nggak semua sexy sih,, tapi yaa paling nggak banyak beredar kalimat: Aku pernah kurus dulu) dan begitu menginjak usia mapan 30-an badan udah nggak berbentuk S, tapi banyak lekukan dan gumpalan lemak. Dengan berbagai kejadian yang jadi alasan kuat, dia bertekad untuk menurunkan berat badannya. Nasib mempertemukannya dengan trainer yang anonymously famous (terkenal tapi nggak banyak yang tau mukanya kayak gimana) di dunia selebriti karena berhasil membantu diet beberapa artis ternama.

Ceritanya lucu, mengharukan, dan pastinya menyegarkan. Ya iyalah, ada So Ji Sub dengan poker face yang mampu meluruhkan hati siapapun yang memandang matanya, dan Shin Min Ah yang... ah My Venus-lah.

Senin, 16 November 2015

[Review] Drama Korea "Oh My Ghostess"

Drama ini sudah tayang di bulan Agustus dan aku baru tonton di November. Dari sekian banyak drama korea memang kebanyakan aku tonton setelah semua episode kelar tayang. Nungguin minggu depan itu loohh yang bikin gak enak. Excited saat nonton ending episode sekian tapi harus nunggu minggu depan tayang jadinya penasaran terus sepanjang minggu.

Nah, Oh My Ghostess ini mulai ditonton gegara lagi nungguin episode terakhir dari She Was Pretty yang belum muncul. Pemerannya menarik, ada Jo Jung-suk (pertama lihat kalau gak salah di King 2 Hearts) dan Park Bo-young (dia main di A Werewolf Boy, tapi gak inget euy). Yang lainnya kurang kenal kecuali yang main bapaknya si hantu.

Ceritanya tentang hantu seorang gadis yang belum juga nemuin jalan menuju alam baka. Eits, harusnya cerita utamanya tentang gadis pemalu yang bisa lihat hantu dan jadi tumbuh makin introvert karena banyak yang gak ngerti sama keadaan dia. Suatu hari si gadis, Na Bong-sun (yang diperanin oleh Park Bo-young) dirasuki hantu perempuan, Shin Soon-ae (diperanin oleh Kim Seul-gi). Hantu ini belum juga 'menyebrang' ke alam baka karena hal yang belum kelar di dunia. Awalnya dia pikir bahwa dia adalah hantu perawan yang katanya harus mencari pria tangguh untuk 'berhubungan.' Jadinya, dia terus cari orang untuk dirasuki supaya dia bisa 'berhubungan' dengan pria.

Begitu dia masuk ke tubuh Na Bong-sun, hal yang sama ada di pikirannya. Kebetulan banget, Bong-sun kerja di restoran yang isinya laki-laki semua, kecuali kasirnya (adik perempuan Chef). Dari situ cerita berkembang: romansa Bong-sun/Soon-ae dengan Chef, misteri kematian dari Soon-ae, sampai kisah kecelakaan adik Chef yang ternyata saling berkaitan.

Alur ceritanya menarik, beberapa kali kilas balik tapi gak kebanyakan. Tema tentang hantu di drama korea memang cocok dipadukan dengan humor meski tidak bisa dibilang komedi (sama halnya dengan Master's Sun), jadi efek hantunya gak terlalu menyeramkan. Kalau ada yang bilang hantunya gak serem, ya jangan nonton drama ini. Chemistry antara tokoh utama oke banget, dari yang sekedar antara Chef dan Assistant Cook, maupun saat romansa mulai terjalin. Bikin yang nonton jadi gemes. Dari sentuhan-sentuhan ringan Chef, tingkah agresif Bong-sun saat dirasuki Soon-ae, maupun kissing-nya. Perkembangan karakter dari Bong-sun juga menarik. Banyak drama korea yang menampilkan tokoh utama perempuan yang awalnya tangguh, kuat, mandiri, kadang tomboy, tapi begitu berhubungan dengan tokoh prianya malah jadi lembek, banyak nangis, kayak gak bisa apa-apa kecuali bertumpu pada sang pria. Kalau ini, Bong-sun justru dari yang awalnya pemalu, introvert, gak pede-an seiring waktu berkembang jadi lebih kuat, punya kemauan (saat dia memutuskan untuk pergi ke luar negeri) untuk mengambil kesempatan yang datang, dan lebih membuka diri. Auranya jelas jadi beda. Yang menarik lainnya adalah ikatan di antara para pegawai restoran... so refreshing. Mereka lucu dan loyal.

Nilai overall: 8/10

Senin, 02 Februari 2015

Dalam lima tahun

Lima tahun yang lalu, terakhir kalinya aku menulis di blog ini. Perlahan aku baca kembali tulisan yang ada, dan betapa mengejutkannya bahwa aku memang suka sekali menulis dan sangat merindukannya. Namun, berbekal banyak alasan tak ada hasil yang bisa kubuat dan pantas dipublikasikan di sini.

Apa yang berubah?
Banyak.

Apa yang hilang?
Banyak.

Apa yang bertambah?
Banyak pula.

Aku bukan lagi fresh graduate yang punya banyak energy yang sayangnya lebih banyak negatifnya daripada positifnya. Dalam lima tahun aku berkembang menjadi orang yang mudah melakukan kompromi, tidak lagi bersikeras mendapatkan atau melakukan hal yang hanya menurutku benar.

Aku bukan lagi seorang anak yang jauh dari orang tua meski tinggal bersama. Sekarang, kami sudah tidak tinggal bersama dan bahkan mereka sudah tidak lagi di ruang yang sama. Enam bulan sejak kehilangan satu-satunya orang tua yang aku punya, aku mendapatkan sepasang orang tua lagi. Meski tidak tinggal bersama aku harap kami bisa menjadi dekat, sedekat mertua dan menantu lainnya.



Sungguh menyenangkan bisa menulis kembali.