Hampir setiap hari, saya pasti melontarkan
pertanyaan pada suami saya mengenai pakaian apa yang bisa saya gunakan hari
itu. Meskipun sebenarnya pertanyaan tersebut lebih bersifat retoris, suami saya
tetap sabar menjawab, “pakai yang ada saja.” Akan tetapi, jawaban itu hanya
terucap beberapa kali, selebihnya dia diam saja. Tahu benar bahwa memang
pertanyaan itu tak perlu dijawab.
Adegan seperti itu tidak pernah terjadi
sebelum saya pindah ke kantor yang sekarang. Tempat saya bekerja sebelumnya
mewajibkan karyawannya untuk mengenakan seragam yang disediakan oleh
perusahaan, dengan dresscode yang
berbeda setiap harinya. Tanpa harus pusing memilih pakaian, saya pun hanya
mengikuti aturan dalam berpakaian setiap harinya. Sama halnya dengan suami, dia
pun tidak perlu repot-repot menentukan, sudah ada aturan seragam yang akan
dipakai. Seringkali aturan ini cukup membosankan, terutama bagi perempuan stylist – bukan saya maksudnya. Setiap
hari pakai seragam yang itu-itu saja tanpa ada kebebasan mix-and-match.
Namun sekarang, saya bekerja pada
perusahaan yang tidak memberlakukan prosedur seragam kerja. Alhasil, saya perlu
mempersiapkan apa yang akan dipakai hari itu. Karena tidak ada aturan khusus,
maka saya bebas saja menggunakan pakaian apapun setiap harinya. Akan tetapi,
tidak semudah itu kenyataannya. Setiap pagi saya pasti membutuhkan waktu lebih
lama menentukan setelan apa yang akan dipakai. Atasan ini dengan bawahan itu,
belum lagi jilbab yang sesuai dengan setelan.
Saking seringnya saya galau akan pilihan
baju ini, suami saya menyarankan untuk menerapkan aturan seragam seperti
sebelumnya, hanya saja dengan jenis pakaian yang saya punya. Semisal, hari
Senin waktunya warna merah, Selasa warna lainnya, Rabu bisa gunakan rok, dan
seterusnya. Suatu waktu dia malah menyarankan untuk menyesuaikan dengan seragam
kantornya. Jadi, dengan cepat saya bisa menentukan pilihan setelan mana yang
akan dipakai.
Dengan percobaan beberapa kali, saya
mendapati hal ini lebih mudah, dan tentunya menghemat waktu di pagi hari. Saya
hanya perlu menentukan jenis ‘seragam’ yang akan digunakan dan memilih pakaian
yang sesuai. Jika sedang bosan dengan metode ‘seragam’ ini, saya bisa kembali
bebas memilih pakaian apa saja yang ingin dipakai.
Dari pengalaman di dua tipe perusahaan itu,
saya mendapati bahwa lebih simpel jika kita bekerja dengan mengenakan seragam.
Kita tidak perlu pusing dalam menentukan jenis pakaian setiap harinya.
Pengeluaran akan pakaian kerjapun berkurang. Kamu punya pendapat yang sama atau
berbeda?